Kamis, 04 Februari 2016

Masalah

Malam itu engkau gundah. Dilema dengan pekerjaan kantor yang kerap bertentangan dengan kata hatimu. Kerap tak sejalan dengan prinsipmu.

Di satu sisi engkau sebagai bawahan mengharuskan untuk menjalankan perintah atasan. Di sisi yang lain engkau tahu akan ada masalah dikemudian hari jika hal itu terus dilakukan. Masalah yang suatu saat akan menjadi bom waktu, menurut istilahmu.

Sudah sering kali engkau risaukan hal itu dan sering pula dirimu merasa berada di suasana yang tak nyaman itu. Malam itu aku menyarankan lagi memikirkan alternatif untuk sejenak istirahat atau berhenti bekerja.

Menurutmu juga dari segi loyalitas dan prestasi, merasa tidak 'dihargai' dibanding dengan 'cost down' yang bisa engkau lakukan untuk perusahaan. Ambillah jeda sejenak lalu berpikir untuk selanjutnya. Apakah masih mau bekerja atau melakukan aktivitas yang lain.

Kekasihku. Setiap orang pasti punya masalah pribadi, ekonomi,  pendidikan; masalah di tempat kerja,  di rumah, di keluarga atau di komunitasnya. Bahkan mungkin orang tidak punya masalah menurut kita, ternyata malah lebih pelik masalahnya. Mungkin masalah percarian jati diri, keyakinan atau malah masalah kejiwaan.

Selama seorang manusia masih hidup maka akan selalu dihadapkan pada masalah. Selama masih bernafas maka masalah tak akan berhenti. Entah besar atau kecil, entah disebuat sebagai masalah atau dengan istilah lain. Sikap dan respon terhadap masalah-lah yang akan membedakan ditingkat mana orang tersebut.

Ibarat ujian naik kelas, hasil ujian tersebut akan menentukan berada di level apa orang tersebut. Berada di klasifikasi apa orang tersebut. Berapa karat kwalitasnya, andaikan dia adalah sebatang emas. Bagaimana masalah besar disikapi dan dicarikan solusi hingga menjadi selesai atau minimal menjadi kecil.

Kekasihku, dimanapun kita berada, posisi apapun kita, akan bertemu dengan situasi yang kadang sesuai, kadang tidak, dengan keinginan kita. Karena kita adalah kumpulan manusia yang tidak seragam seleranya. Bagaimana kita berkompromi atau bersinergi dengan orang lain, disitulah dinamikanya, disitulah seninya.

Sebagai makhluk sosial, tak mungkin kita hidup sendiri. Maka kita harus terus memiliki sikap sabar pada tempat dan situasi apapun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar